Minggu, 02 September 2012

cerpen ramdhan



Ramadhan Nisa

          Ramdhan kali ini, menurut nisa biasa saja sama seperti tahun-tahun sebelumnya, baginya bulan ramdhan itu sangat menyebalkan. Dia sendiri sangat tidak suka dengan bulan ramdhan. Karena di bulan ramdhan dia harus tidak makan dan tidak minum seharian, padahal hobinya sendirikan adalah makan, terus setiap malam selalu ada sholat tambahan yaitu sholat tarawih. Padahal sholat wajib lima waktu nya itu aja sangat sulit bagi dia untuk melaksanakannya, apalagi di tambah dengan sholat tarawih. Tetapi Nisa sendiri tidak mau ambil pusing, dia jarang sekali sholat terawih, apabila di suruh sholat, dia Cuma datang terus dia hanya main dengan teman-temanya. Tetapi anehnya ketika waktu lebaran telah datang, dia adalah orang yang paling semangat menyambutnya, padahal dia sendiri saja sering bolong puasa nya, tapi sayangnya setiap puasa nya bolong dia tidak pernah bilang sama kedua orang tua nya atau ketahuan sama kedua orang tua nya.
Nisa adalah anak kedua dari 3 bersaudara, dua laki-laki dan satu perempuan, ya yang perempuannya itu ialah dia sendiri, dan dia juga anak yang paling bandel dan keras kepala. Nisa adalah kembaran nya si Niko, tetapi sikap dan sifat mereka berdua sangat berbeda. Mereka berdua duduk di kelas 2 SMA, dan mereka satu kelas tetapi tidak satu bangku.
Pada suatu ketika, guru agama mereka memberikan sebuah tugas kelompok untuk menyambut datangnya bulan ramadhan, dan untung nya Nisa satu kelompok dengan Niko, sebenarnya sih satu kelompok itu ada 10 orang. Buat Nisa, itu sangat menguntungkan, karena Niko sendiri anaknya rajin dan pintar, dia juga suka mengalah walaupun dia lebih muda dari Nisa. Tetapi bagi Niko hal ini sangat merugikan, tau sendirikan, Nisa itu kan orangnya pemalas. Tapi tak apalah, bagi Niko sesama saudarakan harus saling membantu, apalagi sama saudara kembar.
Tugas yang di berikan oleh guru nya itu sendiri adalah mencari donatur yang ikhlas menyumbangkan beberapa rezekinya yaitu berupa uang. Dan hasil nya itu sendiri di belikan bahan sembako untuk anak panti asuhan. Mendengar tugas yang di berikan oleh guru nya itu Nisa langsung kaget, “masa sih udah kece-kece gini di suruh ngemis minta sumbangan.?” Rutuk’an nya. Tapi mau apa lagi, yang nama nya tugas ya tetap tugas, dia harus menjalankannya kalau dia inigin mendapatkan nilai.
Selama satu minggu mencari sumbangan dari para-para donatur, akhirnya semua uang yang  sudah terkumpul itu, mereka belikan beberapa sembako. Kalo soal belanja sih, nisa ngak mau ketinggalan, apalagi belanjanya ke Mall, dari mereka bersepuluh, yang paling semangat ya Nisa.
Setelah mereka sudah selesai membeli sembako-sembakonya, yaitu berupa beras, mie, susu, sirup, gula, minyak goreng, dan bahan-bahan sembako lain nya. Sekarang adalah waktu yang di tunggu-tunggu oleh mereka semua, kecuali Nisa. Soalnya dia paling tidak suka ke panti asuhan. Karena dia tidak suka kepada anak-anak, apalagi anak kecil ataupun anak balita. Tapi dia harus ikut, karena itu adalah sebagian dari tugas yang di berikan oleh guru nya.
Tepatnya pada hari minggu, mereka semua pergi ke panti asuhan, kali ini yang memilih panti asuhan itu adalah teman nya Nisa yaitu Riko. Riko adalah anak yang paling alim dari mereka semua, dan dia juga paling sering ke panti asuhan. Ya maklum, Niko kan mantan anak pesantren, dari dia SD sampe dia SMP. Bapaknya aja ustadz.
Ketika datang, Nisa sangat kaget melihat keaadan anak-anak yang ada di panti asuhan itu, awal nya sih dia jijik ngeliat anak-anak yang ada di panti asuhan itu. Tapi setelah mereka semua sholat bersama dan berdoa bersama dan melakukan sedikit perbincangan dengan beberapa anak panti itu, Nisa baru sadar, betapa penting nya arti sebuah kehidupan, dan betapa beruntungnya dia. Karena Nisa sendiri anak yang serba berkecukupan tidak pernah bersyukur, sedangkan anak-anak itu hanya di berikan beberapa bahan sembako yang menurut Nisa itu biasa saja, dan mungkin tidak cukup untuk diri nya, mereka semua masih bisa bersyukur dan mereka semua juga taat pada agama walaupun keadaan mereka seperti itu.
Dengan kejadian ini, Nisa sadar, dan dia juga tau apa penting nya arti berpuasa. Dan dia juga malu kepada dirinya sendiri, secara dia anak yang serba berkecukupan, tapi dia sendiri tidak bisa apa-apa di bandingkan anak-anak panti asuhan itu
            Setelah Nisa merenungkan kejadian itu, Nisa perlahan-lahan merubah sikap nya, dan dia sangat tidak sabar menunggu puasa tahun depan. Dia ingin sekali membuat puasa tahun depan itu sangat berarti dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar