Ramadhan Nisa
Ramdhan
kali ini, menurut nisa biasa saja sama seperti tahun-tahun sebelumnya, baginya
bulan ramdhan itu sangat menyebalkan. Dia sendiri sangat tidak suka dengan
bulan ramdhan. Karena di bulan ramdhan dia harus tidak makan dan tidak minum seharian,
padahal hobinya sendirikan adalah makan, terus setiap malam selalu ada sholat
tambahan yaitu sholat tarawih. Padahal sholat wajib lima waktu nya itu aja
sangat sulit bagi dia untuk melaksanakannya, apalagi di tambah dengan sholat
tarawih. Tetapi Nisa sendiri tidak mau ambil pusing, dia jarang sekali sholat
terawih, apabila di suruh sholat, dia Cuma datang terus dia hanya main dengan
teman-temanya. Tetapi anehnya ketika waktu lebaran telah datang, dia adalah
orang yang paling semangat menyambutnya, padahal dia sendiri saja sering bolong
puasa nya, tapi sayangnya setiap puasa nya bolong dia tidak pernah bilang sama
kedua orang tua nya atau ketahuan sama kedua orang tua nya.
Nisa adalah anak kedua dari 3
bersaudara, dua laki-laki dan satu perempuan, ya yang perempuannya itu ialah
dia sendiri, dan dia juga anak yang paling bandel dan keras kepala. Nisa adalah
kembaran nya si Niko, tetapi sikap dan sifat mereka berdua sangat berbeda.
Mereka berdua duduk di kelas 2 SMA, dan mereka satu kelas tetapi tidak satu
bangku.
Pada suatu ketika, guru agama mereka
memberikan sebuah tugas kelompok untuk menyambut datangnya bulan ramadhan, dan
untung nya Nisa satu kelompok dengan Niko, sebenarnya sih satu kelompok itu ada
10 orang. Buat Nisa, itu sangat menguntungkan, karena Niko sendiri anaknya
rajin dan pintar, dia juga suka mengalah walaupun dia lebih muda dari Nisa.
Tetapi bagi Niko hal ini sangat merugikan, tau sendirikan, Nisa itu kan
orangnya pemalas. Tapi tak apalah, bagi Niko sesama saudarakan harus saling
membantu, apalagi sama saudara kembar.
Tugas yang di berikan oleh guru nya
itu sendiri adalah mencari donatur yang ikhlas menyumbangkan beberapa rezekinya
yaitu berupa uang. Dan hasil nya itu sendiri di belikan bahan sembako untuk
anak panti asuhan. Mendengar tugas yang di berikan oleh guru nya itu Nisa langsung
kaget, “masa sih udah kece-kece gini di suruh ngemis minta sumbangan.?”
Rutuk’an nya. Tapi mau apa lagi, yang nama nya tugas ya tetap tugas, dia harus
menjalankannya kalau dia inigin mendapatkan nilai.
Selama satu minggu mencari sumbangan dari
para-para donatur, akhirnya semua uang yang sudah terkumpul itu, mereka belikan beberapa
sembako. Kalo soal belanja sih, nisa ngak mau ketinggalan, apalagi belanjanya
ke Mall, dari mereka bersepuluh, yang paling semangat ya Nisa.
Setelah mereka sudah selesai membeli
sembako-sembakonya, yaitu berupa beras, mie, susu, sirup, gula, minyak goreng,
dan bahan-bahan sembako lain nya. Sekarang adalah waktu yang di tunggu-tunggu
oleh mereka semua, kecuali Nisa. Soalnya dia paling tidak suka ke panti asuhan.
Karena dia tidak suka kepada anak-anak, apalagi anak kecil ataupun anak balita.
Tapi dia harus ikut, karena itu adalah sebagian dari tugas yang di berikan oleh
guru nya.
Tepatnya pada hari minggu, mereka
semua pergi ke panti asuhan, kali ini yang memilih panti asuhan itu adalah
teman nya Nisa yaitu Riko. Riko adalah anak yang paling alim dari mereka semua,
dan dia juga paling sering ke panti asuhan. Ya maklum, Niko kan mantan anak
pesantren, dari dia SD sampe dia SMP. Bapaknya aja ustadz.
Ketika datang, Nisa sangat kaget
melihat keaadan anak-anak yang ada di panti asuhan itu, awal nya sih dia jijik
ngeliat anak-anak yang ada di panti asuhan itu. Tapi setelah mereka semua
sholat bersama dan berdoa bersama dan melakukan sedikit perbincangan dengan
beberapa anak panti itu, Nisa baru sadar, betapa penting nya arti sebuah
kehidupan, dan betapa beruntungnya dia. Karena Nisa sendiri anak yang serba
berkecukupan tidak pernah bersyukur, sedangkan anak-anak itu hanya di berikan
beberapa bahan sembako yang menurut Nisa itu biasa saja, dan mungkin tidak
cukup untuk diri nya, mereka semua masih bisa bersyukur dan mereka semua juga taat
pada agama walaupun keadaan mereka seperti itu.
Dengan kejadian ini, Nisa sadar, dan
dia juga tau apa penting nya arti berpuasa. Dan dia juga malu kepada dirinya
sendiri, secara dia anak yang serba berkecukupan, tapi dia sendiri tidak bisa
apa-apa di bandingkan anak-anak panti asuhan itu
Setelah
Nisa merenungkan kejadian itu, Nisa perlahan-lahan merubah sikap nya, dan dia
sangat tidak sabar menunggu puasa tahun depan. Dia ingin sekali membuat puasa
tahun depan itu sangat berarti dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar